Menjaga Laut dan Lingkungan Pesisir Indonesia Tetap Lestari

Blogroll

Tuesday, May 27, 2014

On 6:14 PM by Unknown in

Ekosistem di Pulau Ndana dapat dibedakan menjadi ekosistem laut dan darat. Ekosistem laut terdiri dari terumbu karang dan padang lamun. Berdasarkan hasil survei manta tow tahun 2012 di sebagian terumbu karang Pulau Ndana diperoleh bahwa kondisinya sudah cukup rusak. Sebagian besar tutupannya didominasi oleh karang lunak. Bentuk hidup (lifeform) yang dijumpai adalah massive, branching, mixed dan encrusting. Di lokasi ini ditemui karang dalam kondisi rusak yang cukup banyak. Faktor penyebabnya adalah pengeboman dan gelombang laut yang keras pada musim tertentu. Beberapa juvenil karang sudah mulai tampak namun dalam jumlah belum terlalu banyak. Dari laporan Monitoring Terumbu Karang TNP Laut Sawu (2011) diperoleh kondisi terumbu karang di sisi barat Pulau Ndana sudah rusak tapi tidak separah di sisi utara. Di bagian lain kondisi terumbu karang tidak diketahui karena tidak dapat diakses disebabkan oleh gelombang yang tidak pernah reda. Dengan karakteristik gelombang yang demikian, kemungkinan terumbu karang yang ada adalah terumbu karang dalam.
 
Di dalam ekosistem laut terdapat berbagai jenis ikan yang dapat dijumpai, yaitu ikan kepe-kepe (Chaetodon sp), Gemutu (Chromis sp), Botok laut (Abudefduf sp), Buntana (Acanthurus sp), Dakocan (Dascyllus sp), dan Betok pasir (Pomacentrus sp), Ikan kembung (Rastelliger sp), Kakap (Lutjanus sp), Tembang (Clupea sp), Ekor kuning (Caesio sp), Belanak (Mugil sp), Teri (Stelophorus sp), Tenggiri (Scomberolus sp), Tongkol (Euthynnus sp), Hiu (Eulamia sp), Kerapu (Epinephelus sp), Selar (Caranax sp), Ikan terbang (Cypsilurus sp), Layang (Decapterus sp), Paperek (Leiognathus sp), Cucut (Eulamia sp), dan Pari (Dasyatis sp). Disamping itu juga dapat dijumpai beberapa jenis biota laut yaitu antara lain Lola (Trochus niloticus), Kima (Cassis cornuta), Nautilus berongga (Nautilus pogupilius), Triton terompet (Charonia tritonis) dan batu laga (Turbo mamoratus).

Ekosistem padang lamun di perairan laut Pulau Ndana diketahui dari sampel di depan markas Satgas Pam Pute, yaitu terdiri dari Thallasia hemprichii, Halophila ovalis, dan Halodule uninervis. Dari ketiga jenis lamun ini, jenis Thallasia hemprichii adalah jenis yang paling dominan, ditemukan pada semua sampel yang diambil. Kerapatan tutupannya mencapai 50%. Tingkat pertumbuhannya masih muda karena hanya memiliki panjang helai daun tidak lebih dari 30 cm.

Menurut informasi dari warga Kampung Oeseli (Bapak Steph) dan dikuatkan oleh beberapa Marinir TNI AL, di pantai Pulau Ndana bagian Barat Daya dan Timur sering ditemui penyu hijau yang bertelur. Di lokasi ini kondisi pasirnya memang sangat cocok; lembut, bersih dan tebal (dalam) hingga ~50 cm. Namun pada saat survei, tidak ditemukan adanya bekas/jejak penyu yang dapat diamati. Di selat antara Pulau Ndana dan Kampung Oeseli nelayan sering menjumpai/melihat berbagai jenis hiu dan penyu yang bermain di sekitar pulau kecil, pulau Heliana,  di tengah selat tersebut.

Ekosistem darat terdiri dari hutan campuran, padang rumput (sabana), dan danau. Ekosistem hutan campuran mencakup daerah perbukitan batu gamping koral. Jenis tanaman yang dapat dijumpai antara lain adalah eboni/kayu hitam (Diospyros ferrea Baks), kesambi (Schleichera oleosa), tampa badak (Rauvolfia sumatrana), kayu merah (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benyamina) dan gaharu (Aquilaria moluccensis), Asam (Tamarindus indica), dan Lontar (Borassus flabbier). Ekosistem padang rumput terdiri dari vegetasi rumput udang (Eragrostis unioloides), rumput teki laut (Remirea maritima) (Gartiasih, R.; Sutrisno, E.; Hutauruk, H. T., 1996), Indogofera glandulosa wild, Poltinia fulva benth, Mollugo pentaphyta L., dan Euphorbia reniformis BL. Pada daerah pantai juga dijumpai vegetasi perintis seperti tapak kambing (Ipomoea pes-caprae) dan rumput angin (Spinifex littoreu). Saat ini di areal padang rumput telah disiapkan lubang-lubang tanah untuk penanaman pohon kelapa yang dapat memberikan manfaat lebih banyak.

Fauna yang terdapat di Pulau Ndana antara lain adalah Rusa Timor (Cervus timorensis). Binatang ini termasuk dalam apendik II Cites, yang berarti populasinya dapat terancam punah apabila tidak dibatasi dalam pemanfaatannya karena laju pertumbuhannya lebih rendah. Saat ini populasinya tidak diketahui pasti, namun sebagai gambaran pada tahun 1991 dilakukan penelitian yang menyatakan bahwa populasi Rusa Timor tercatat sejumlah 537 ekor, terdiri dari 155 jantan dewasa, 259 betina dewasa dan 123 rusa muda (Gartiasih, R.; Sutrisno, E.; Hutauruk, H. T., 1996). Selain itu juga terdapat burung walet, dan burung belibis/itik liar (Coirina sp.), Raja Udang (Helcon clorisi), Tekukur (Spreptolia sp), Dara Hutan (Columba sp.), Betet (Apromictus sp), Gagak (Corvus sp), Elang (Elanus sp), Dara Laut (Sterna hirunda), Puyuh (Turnyx sp), Elang laut abu (Heliatus leucogaster), Kotak kiuk (Philemon inornatus), Walik Rawa manu (Ptilonopus dohertyi), dan Burung hantu Di Pulau Ndana terdapat ekosistem yang cukup unik yaitu danau di tengah-tengah perbukitan batu gamping. Ada 4 buah danau yang masih terisi air, terdiri dari dua danau besar dan dua danau kecil. Luas seluruhnya adalah 3.9 ha. Danau yang paling besar dikenal dengan danau merah karena memang warna airnya kemerah-merahan. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat terdekat, warna merah tersebut disebabkan oleh tumpahan darah penduduk Pulau Ndana yang dibasmi oleh Sangguana. Kedalaman air danau tidak terlalu dalam dan akan keruh pada saat-saat tertentu.


#CintaNegeri
Bersambung